Kamis, 25 Februari 2016

PENGARUH PERILAKU INDIVIDU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


 BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung.  Masing-masing individu di dalam organisasi secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan masing-masing individu secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama.
Manusia merupakan salah satu komponen penting dalam organisasi. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi keberhasilannya sangat dipengaruhi terhadap kinerja individu yang ada di dalamnya. Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa karakteristik kepribadiannya masing-masing. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Selanjutnya hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan karyawan dalam melaksanakan tatanan organisasi seperti peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian.
Proses perekrutan karyawan biasanya dilakukan melalui berbagai test yang dimulai dari kemampuan dasar, fisikotes, tes kesehatan dan wawancara untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas dan berkepribadian sehat. Proses ini sangat penting untuk mengetahui kemampuan individu dan menempatkannya sesuai dengan bakat dan karakter individualnya sehingga dapat terwujud the right man in the right place and in the right jobs dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah
            Masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian perilaku individual?
2.    Apakah unsur-unsur pembentuk perilaku individual?
3.    Apakah bentuk-bentuk perilaku individual?
4.  Bagaimanakah pengaruh perilaku individual dalam pengambilan keputusan?

1.3. Tujuan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.  Mengetahui pengertian perilaku individual
2.  Mengetahui unsur-unsur pembentuk perilaku individual
3.  Mengetahui bentuk-bentuk perilaku individual
4.  Mengetahui pengaruh perilaku individual dalam pengambilan keputusan





BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perilaku Individu
Menurut Marthen Luter individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Menurut Gibson Cs. (1996) perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang, seperti : berbicara, berjalan, berfikir atau tindakan dari suatu sikap. Sedangkan menurut Kurt Levin, perilaku ( Behavior = B ) individu pada dasarnya merupakan fungsi dari interakasi antara Person/individu (P) yang bersangkutan dengan lingkungan (Enviroment = E).
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam hal ini perbedaan individu muncul karena beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Kemampuan yang tidak sama antar manusia satu dengan manusia lain
2.    Kebutuhan yang berbeda-beda antar manusia
3.    Orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan bagaimana bertindak untuk mencaoai masa depan
4.    Hubungan dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya
5.    Reaksi-reaksi yang timbul akibat kesenangan atau ketidaksenangan
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan mengenai pendekatan-pendetakan tersebut di atas:
1.    Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
2.    Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
3.    Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu perilaku. 

2.2. Karakteristik Individu
     Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik individu adalah sebagai berikut:
1.    Faktor keturunan
Faktor pertama yang membentuk karakter individu adalah faktor keturunan, yang merupakan warisan dari orang tua. Akan tetapi kepribadian ini juga dapat berubah sesuai dengan perkembangan di lingkungan masyarakat tersebut.
2.    Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi atau merubah karakter individu, seseorang yang berada di lingkungan yang baik pasti ia akan cenderung berbuat baik, bila dibandingkan dengan seseorang yang berada di lingkungan yang buruk
3.    Faktor budaya
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, atau organisasi dan diwariskan dari generasi ke generasi.

2.3. Unsur-unsur Pembentuk Perilaku Individu
Unsur-unsur yang membentuk perilaku individu adalah sebagai berikut:
            1.    Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur yang mengisi akal dan alam jiwa pada seseorang yang masih sehat (tidak mengalami gangguan jiwa/stress), dan secara nyata yang terkandung di dalam otak manusia. 
            2.    Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan yang berada dalam kesadaran manusia, karena pengaruh pengetahuannya yang kemudian dinilai sebagai keadaan yang positif atau sebaliknya sebagai keadaan yang negatif.
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.    Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2.    Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.    Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5.    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).

2.4. Bentuk-bentuk Perilaku Individu       
Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor. Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
     1.    Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung   atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
    2.    Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Sifat-sifat kepribadian menurut teori Big Five Personality (Costa & McCrae, 1997) adalah sebagai berikut:
1.    Openness to experience
   Openness menjelaskan tentang keterbukaan terhadap pengalaman, tidak menutup diri, memiliki kreatifitas yang tinggi dan cenderung fleksibel, mudah menerima perubahan, memiliki ketertarikan yang luas terhadap banyak hal. Orang yang memiliki keterbukaan ini akan memberikan ide-ide yang kreatif terhadap penyelesaian masalah.
2.    Conscientiousness
    Conscientiousness menjelaskan tentang tentang keteraturan, kedisiplinan dan keinginan mencapai suatu prestasi.  Orang yang memiliki kadar yang tinggi dalam aspek ini mampu bertindak disiplin, tidak suka menunda pekerjaan, kualitas kerja yang baik merupakan hal yang ingin dicapainya,  mampu memotivasi diri (self motivated) walaupun menghadapi tekanan dalam pekerjaan
3.    Extraversion
   Extraversion adalah keterbukaan terhadap hubungan yang luas, kebalikan dari pribadi yang introvert.  Orang yang memiliki kadar extraversion yang tinggi terlihat sebagai pribadi yang mudah bergaul,  mudah menjalin hubungan baru,  percaya diri.
4.    Agreeableness
    Agreeableness menggambarkan kepribadian yang mudah bekerjasama, tidak mudah berkonflik dengan orang lain, memahami adanya perbedaan. 
5.    Neuroticism
Neuroticism menggambarkan ketidakstabilan emosi dan tingkat keseringan seseorang mengalami situasi emosi yang negative.  Kadar neuroticism yang tinggi menggambarkan mood yang mudah berubah, sulit mempertahankan perasaan positif terutama saat menghadapi masalah.
Selain Big-Five Model ada juga sifat lainnya yang menjadi indikator kuat perilaku seseorang di tempat kerja, yaitu:
1.     Evaluasi inti diri, merupakan tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai dirinya sendiri. Dalam evaluasi inti diri, seorang individu ditentukan atas dua elemen utama yaitu harga diri (anggapan mengenai dirinya berharga atau tidak) dan lokus kendali (keyakinan untuk menjadi penentu nasib)
2.     Machiavellianisme, Sejauh mana seorang individu pragmatis, menjaga jarak emosional, dan berusaha untuk mendapatkan dan memanipulasi daya tujuan dapat membenarkan berarti
3.     Narsisme, yaitu kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri
4.  Pemantauan diri, merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal
5.    Pengambil resiko, kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer dalam mengambil keputusan dan berapa banyak informasi yang mereka butuhkan sebelum membuat pilihan
6.      Kepribadian proaktif, yaitu sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan.

2.5.  Pengaruh Perilaku Individu Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (desicion making) merupakan tindakan untuk melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan dari beberapa alternatif yang ada. G. R. Terry  mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan pada kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
Herbert A. Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan, sebagai berikut:   
  1. Aktivitas inteligensi, berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon mendeskripsikan tahap     awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan  
  2.  Aktivitas desain, tahap ini terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan analisis masalah
  3. Aktivitas memilih, tahap ini merupakan tindakan untuk memilih tindakan/alternatif tertentu dari yang tersedia.
Teori pengambilan keputusan klasik berjalan dalam asumsi rasionalitas dan kepastian, tetapi tidak begitu halnya dengan teori keputusan perilaku. Ahli teori perilaku pengambilan keputusan berpendapat bahwa individu mempunyai keterbatasan kognitif.
Menurut Driscoll (1978), partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan efficacy. Efficacy sendiri didefinisikan sebagai perasaan atau anggapan bahwa seseorang mampu untuk mempengaruhi pembuatan keputusan dalam organisasi.
Partisipasi seorang individu dalam proses pengambilan keputusan yang tinggi apabila ia memiliki efficacy yang tinggi, ia memiliki keyakinan bahwa ia bisa ikut mempengaruhi sistem, proses, dan isi dari keputusan yang dibuat. Begitu pula sebaliknya, apabila seorang individu memiliki efficacy yang rendah ia cenderung akan kurang berpartisipasi. Hal ini disebabkan ia memiliki anggapan bahwa dirinya tidak bisa mempengarui sistem, proses dan isi dari sebuah keputusan.
        
BAB III
PENUTUP

         3.1.  Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Perilaku individu dipengaruhi oleh bebarapa faktor yaitu keturunan, lingkungan dan budaya.
2.    Individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, yang dipengaruhi faktor Kemampuan, Kebutuhan, pemikiran tentang masa depan, pengalaman masa lalu. Perilaku individu yang dimiliki oleh masing-masing karyawan pada perusahaan tentunya berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi kemampuan masing-masing individu baik dalam hal pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, kemampuan mematuhi peraturan perusahaan, kemampuan menjalin hubungan baik secara horizontal maupun vertikal.
3.  Pengambilan keputusan di perusahaan pada umumnya dilakukan oleh manager. Pengambilan keputusan dilakukan melalui beberapa tahapan dimulai dari pengumpulan data dan informasi, analisa hingga pada tahapan decision making guna mencapai keputusan yang optimal sesuai dengan tujuan perusahaan.
4.    Kemampuan individu dalam melaksanakan decision making sangat dipengaruhi oleh perilaku yang dimiliki masing-masing individu. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas inteligensi, aktivitas desain, dan aktivitas memilih,

3.2.  Saran
1.   Perilaku individu positif yang dimiliki oleh masing-masing individu harus selalu diasah dan       dipertahankan untuk mewujudkan perilaku positif.
2.   Penempatan individu pada perusahaan harus memperhatikan perilaku individu yang dimiliki oleh masing-masing karyawan sehingga dapat terwujud the right men in the right jobs and in the right place.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Jakarta: Rajawali Pers
2.      Imam Wahjono, Sentot. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
3.      








1 komentar:

  1. 2021 ford fusion hybrid titanium
    2021 titanium quartz meaning ford fusion hybrid titanium - The fusion process is cobalt vs titanium drill bits called a fusion fusion engine. This process of fusion has damascus titanium not 2020 ford edge titanium for sale been carried out yet, titanium trim as seen on tv in fact,

    BalasHapus